Metode Pembelajaran Baca Tulis Al Quran di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi
SAW dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan kepada Allah SWT) merupakan
suatu fitrah atau potensi dasar manusia (anak). Sedangkan tugas pendidik
adalah mengembangkan dan membantu tumbuh kembangnya fitrah tersebut
pada manusia (anak). Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar Ruum
ayat 30, yang artinya:
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.[1]
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT
yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantaraan malaikat Jibril, yang merupakan mukjizat, yang diriwayatkan
secara mutawtir, yang ditulis di mushaf, dan membacanya adalah ibadah.[2]
Al Qur’an ialah Kitab Suci yang
merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam, menjadi petunjuk
kehidupan umat manusia diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad S.a.w.
sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di
dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan
pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Karena itu
setiap orang yang mempercayai Al Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya,
cinta untuk membacanya, untuk mempelajarinya dan memahaminya serta
mengamalkan dan mengajarkannya.
Al Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad S.a.w. sekian abad yang lalu. Persoalan yang muncul dan menjadi
rumit ketika jarak waktu, tempat, budaya antara pembaca dan teks
demikian jauh. Al Qur’an yang diturunkan di Arab dan berbahasa Arab akan
berbeda ditangkap oleh umat muslim bangsa Indonesia secara kultur. Akan
tetapi, Al Qur’an bagaimanapun adalah Kitab Allah SWT. untuk semua
manusia yang menandung nilai-nilai universal yang kontekstual untuk
segala zaman. Untuk mengetahui nilai-nilai yang universal tersebut maka
Al Qur’an perlu dipelajari.
Setiap insan dianjurkan untuk
mengajarkan Al Qur’an kepada dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain.
Disamping itu juga harus memikirkan, merenungkan, memahami dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal itu maka
tentunya harus bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Bagi yang
belum bisa membaca Al Qur’an, tentunya sulit untuk mempelajari Al
Qur’an. Oleh karena itu, diperlukan cara membaca Al Qur’an yang tidak
menyulitkan terutama bagi pemula atau anak yang masih kecil.
Prinsip pengajaran Al-Qur’an pada
dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya
memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar. Metode adalah cara yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki.[3]
Dalam proses belajar mengajar metode merupakan faktor yang sangat
dominan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik
atau guru diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan
dalam menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
Metode pembelajaran Al-Qur’an
pada hakekatnya adalah mengajarkan Al-Qur’an pada anak yang merupakan
suatu proses pengenalan Al-Qur’an tahap pertama dengan tujuan agar siswa
mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi. Pengajaran membaca
Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca dan menulis
di sekolah dasar, karena dalam pengajaran Al-Qur’an, anak-anak belajar
huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Yang paling
penting dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah keterampilan membaca
Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disususun dalam ilmu
Tajwid.[4]
Salah satu kesulitan membaca
Al-Qur’an bagi anak-anak adalah karena ayat-ayatnya terdapat kalimat
yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak faasih
dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada tingkat dasar
belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru
mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekedar menghafal
saja. Hal tersebut di atas juga banyak dialami oleh anak didik yang
masih duduk dibangku tingkat dasar. Maka bagi guru perlu menggunakan
metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca Al Qur’an.
Rendahnya motivasi siswa dalam
belajar al-Qur’an masih merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu
pendidikan terutama dalam kemampuan membaca al-Qur’an. Salah satu upaya
untuk meningkatkan motivasi belajar Baca Tulis al-Qur’an adalah dengan
penggunaan metode yang sesuai yang dapat dilakukan oleh guru Baca Tulis
al-Qur’an dalam kelas.
Dalam mendidik agama pada siswa
jenjang sekolah dasar diperlukan pendekatan pendekatan tertentu,
diantaranya melalui pendekatan keagamaan. Pendekatan keagamaan ialah
bagaimana cara pendidik memproses anak didik atau siswa melalui kegiatan
bimbingan, latihan dan pengajaran keagamaan, termasuk didalamnya
mengarahkan, mendorong, dan memberi semangat kepada mereka agar mau
mempelajari ajaran agamanya melalui baca tulis Al- Qur’an (BTA), serta
taat dan mempunyai cita rasa beragama Islam.[5]
Pendidikan merupakan interaksi
antara orang dewasa dengan orang yang belum dapat menunjang perkembangan
manusia yang berorientasikan pada nilai-nilai dan pelestarian serta
perkembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha pengembangan
kehidupan manusia.[6]
Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan
pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan pertama (usia
0-12 tahun). Masa ini merupakan masa yang menentukan bagi pertumbuhan
dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya. Di era globalisasi
yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi terutama dalam kemajuan
media massa (cetak dan elektronik), sehubungan dengan kehidupan anak
sehari-hari, pengaruh media massa dapat berdampak positif dan juga
negatif.
Anak didik adalah makhluk yang
memiliki kreatifitas dan serba aktif yang menuntut agar dalam pendidikan
anak benar-benar dibimbing dan diarahkan agar ia dengan sendirinya juga
menampakkan kreatifitasnya. Di dalam proses belajar mengajar anak harus
diperhatikan dan diposisikan sesuai dengan kemampuannya, serta
pendidikan hendaknya lebih bersifat menolong berkembangnya pikiran
kritis, tidak hanya berupa pemberian materi pelajaran yang tidak
memenuhi kepada apa yang dibutuhkan anak.[7]
BTA adalah bagian materi
Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang mendapat
perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang
mengeluh bahwa lulusan SD Negeri banyak yang belum dapat membaca
Al-Qur’an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung
dengan rendahnya prestasi BTA siswa, terutama pada materi membaca dan
menulis huruf hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada kelas II Sekolah
Dasar. Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam,
karena diharapkan pendidikan SD adalah dasar bagi pembentukan diri anak.
Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai BTA sejak dini
untuk dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar. Kritikan dan
keluhan masih sering dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua
siswa. Banyaknya anak yang belum mampu membaca Al-quran dengan baik dan
benar, belum mampu menulis serta belum mampu memahami dan mengamalkan
isinya.
Di SDN 2 Kebasen kemampuan siswa
dalam membaca Al Qur’an masih rendah, terutama belum sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid. Hal ini dapat diketahui bahwa hasil belajar pada
tahun sebelumnya ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.
Kondisi tersebut bukan semata-mata karena daya serap siswa yang rendah,
tetapi lebih banyak faktor yang mempengaruhinya. Bisa jadi karena metode
pembelajaran yang kurang tepat, model pembelajaran kurang menarik, atau
mungkin karena faktor kesiapan siswa dakam menerima materi pelajaran
yang kurang maksimal.
Namun dari beberapa faktor
tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat
kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus
diperbaiki. Dimana metode yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori,
peran aktif siswa kurang diperhatikan, sehingga hasil pembelajaran BTA
belum maksimal. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca
Al Qur’an siswa SDN 2 Kebasen terutama dalam mempraktikkan bacaan
ayat-ayat Al Qur’an yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ilmu
tajwid maka diperlukan suatu penelitian ilmiah
Bertitik tolak dari hal tersebut
penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang hasilnya akan
dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Metode Pembelajaran BTA di SDN 2
Kebasen”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Faktor apa yang mempengaruhi rendahnya penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen?
C. Definisi Operasional
1. Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani
“Methodos’’ yang berarti cara atau jalanyang ditempuh. Sehubungan
dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalahcara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.Fungsi
metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
2. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.
3. Pengertian Baca Tulis Al quran
Baca dalam arti kata majemuknya
“membaca” yang penulis pahami berarti melihat tulisan dan mengerti atau
dapat melisankan yang tertulis.
Kata “tulis” berarti batu atau
papan batu tempat menulis (dahulu banyak dipakai oleh murid-murid
sekolah), kemudian kata “tulis” ditambah akhiran “an” maka menjadi kata
“tulisan” (akan lebih mengarah kepada usaha memberikan pengertian dari
baca tulis Alquran) maka tulisan berarti hasil menulis.
Dari kata “baca” dan “tulis”
digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang
berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis
dan membaca.
Kata “Alquran” menurut bahasa
artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah mukjizat yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan
pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah.
Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa Alquran
adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara
mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai
dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya
bernilai ibadah.
Dari uraian di atas dapat
dirumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Alquran adalah suatu
kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Alquran.
Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari
pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya
kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti.
Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa
Arab.
Jadi yang dikehendaki dari
pengertian baca tulis Alquran tersebut adalah kemampuan ganda yakni
membaca dan menulis. Maksudnya, di samping dapat membaca juga
diharapkan mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat Alquran lalu
bagaimana hubungan kedua kemampuan tersebut. Untuk sementara penulis
dapat mengemukakan bahwa kedua perkataan tersebut sangat erat
hubungannya, karena merupakan dasar untuk membaca dengan baik adalah
menulis, demikian pula sebaliknya bahwa dasar untuk menulis dengan baik
adalah membaca secara teliti lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat
buktinya bahwa seseorang dapat membaca dengan lebih baik dan benar suatu
naskah jika dia telah mengenal tulisannya atau bila dia telah mampu
menulisnya. Demikian juga seseorang kadang-kadang dapat menulis dengan
benar jika dia telah mampu membaca dengan lafal yang benar. Hal ini
merupakan gambaran betapa erat hubungan antara membaca dan menulis.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum
bertujuan untuk menggali informasi tentang penyebab rendahnya penguasaan
BTA di SDN 2 Kebasen. Pendidikan Agama Islam di SDN 2 Kecamatan Kebasen
Kabupaten Banyumas, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab rendahnya penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen.
2. Untuk mengetahui metode-metode yang sesuai dalam pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen.
Adapun hasil dari penelitian ini nantinya di harapkan dapat:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
2. Sebagai bahan informasi dari berbagai pihak, khususnya sekolah yang bersangkutan, masyarakat dan pemerintah.
3. Bagi siswa, akan lebih
membangkitkan semangat belajar, bagi guru, memberikan alternatif dalam
menggunakan metode mengajar, dan bagi kepala sekolah, diharapkan agar
hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
E. Telaah Pustaka
Dalam telaah pustaka ini, penulis
akan mendeskripsikan beberapa karya yang ada relevansinya dengan judul
skripsi “Metode Pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen” ini. Beberapa karya
itu antara lain:
Skripsi yang di tulis oleh Aning
Nur’aini NH Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tentang penerapan metode Tahfidz Al-Quran pada kanak-kanak di Pondok
Pesantren Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Penelitian lapangan ini
mendeskripsikan tentang penerapan metode tahfiz al-Qur’an, prestasi
menghafal yang dicapai santri kanak-kanak dan faktor pendukung maupun
faktor penghambat dalam penerapan metode tahfiz al-Qur’an di Pondok
Pesantren Al-Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Hasil temuan dari
penelitian ini adalah metode yang diterapkan dalam tahfiz al-Quran pada
kanak-kanak di Pondok Pesantren Imogiri Bantul Yogyakarta adalah
musyawarah, pemberian tugas, taktis, stor, dan murraja’ah. Prestasi yang
dicapai tiap santri berbeda tetapi memenuhi target dan tujuan yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Faktor pendukungnya terdiri dari usia
santri, kecerdasan, tujuan dan minat santri, serta lingkungan yang
mendukung.
Skripsi yang di tulis oleh Dwi
Mahmudah Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2009 tentang Metode Tahfiz dalam pembelajaran Al-Quran di SD
Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta.. Dalam
skripsi, tersebut menjelaskan tentang metode tahfiz Al-Quran yang
digunakan di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari ada 5 metode yaitu
metode memperdengarkan bacaan membaca sendiri, setoran pemberian tugas
dan muraja’ah dengan menggunakan metode-metode tersebut, siswa mampu
menghafal al-Quran dengan baik meskipun ada beberapa kendala yang
ditemui. Metode tersebut bisa dikatakan sudah bagus terlihat beberapa
santri telah mencapai target. Namun perlu adanya pengembangan dengan
mencari metode lain mengingat metode yang digunakan terkesan kurang
menyenangkan. Meskipun terdapat 6 metode pengembangan metode alangkah
lebih baiknya jika didapatkan metode yang menciptakan pembelajaran
tahfiz Al-Quran menjadi menyenangkan sesuai dengan pembelajaran sehingga
siswa termotivasi untuk lebih giat menghafalkan Al-Quran .
Skripsi yang di tulis oleh
Khalimatul Mari’ati jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang metode pembelajaran tahfiz al-Quran
di SD IT Lukman Al Hakim Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan dan
menganalisa tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran khususnya tahfiz
al-Quran yang dilaksanakan di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta faktor
penghambat dan pendukung serta hasil yang dicapai. Hasil temuan dari
penelitian ini materi tahfiz al-Quran adalah juz 30, 29 dan 28. proses
pembelajrannya dengan dua cara yaitu tahfiz dan takrir. Tahfiz dilakukan
dengan dua teknik yaitu talaqqi bagi yang belum mampu membaca al-Qur’an
khususnya kelas awal. Teknik mandiri bagi yang sudah mampu dilakukan
dengan yang muraja’ah atau mengulang-ulang. Metode yang dilakukan.
Metode yang dilakukan berbeda dan melalui hafalan pra belajar. Agar
metode tahfiz al-Quran kondusif digunakan pendekatan : individual,
kelompok bervariasi educatif dan pembiasaan. Faktor pendukung dari
tahfiz al-Quran di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta adalah banyaknya
ustad-ustadzah, kemampuan dan semangat belajar siswa control dari orang
tua dan kurangnya waktu. Adapun faktor penghambatnya, keterbatasan
ustad-ustadzah, kemampun dan semangat belajar yang tidak sama, kurangnya
control dari orang tua serta kurangnya waktu. Hasil dari tahfiz
al-Quran dikategorikan menjadi dua yaitu evaluasi harian dan evaluasi
catur wulan. Hasil dari evaluasi harian belum memenuhi target dan
penguasaan siswa secara kualitatif adalah cukup. Sedangkan hasil
evaluasi catur wulan yang dicapai oleh siswa secara kualitatif adalah
bagus .
Dari beberapa penelitian skripsi
di atas, belum ada satupun yang menekankan penelitian dalam upaya
mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen apalagi dengan
menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa dalam pembelajaran
BTA di SDN 2 Kebasen.
F. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Metode
a) Pengertian Metode
Secara etimologis, metode berasal
dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah
metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah :
cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.
Metode adalah seperangkat langkah
(apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya
logis). Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para
pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung
pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
b) Pengertian Metode Mengajar
Metode mengajar adalah cara guru
mengajar. Metode mengajar adalah cara yang sistematis yang digunakan
untuk mencapai tujuan. Berdasar pendapat kedua di atas dapat disimpulkan
bahwa metode mengajar adalah cara guru di dalalm menyampaikan materi
secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Dalam memilih metode pembelajaran yang perlu dipertimbangkan
yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran yang
perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau
materi pengajaran, kemampuan guru, dan kemampuan siswa, media sarana
prasarana pengajaran yang tersedia, waktu yang dibutuhkan, dan
keseluruhan situasi bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disebutkan ada banyak metode mengajar yang dapat dipakai dalam
pembelajaran dan di antara metode-metode tersebut tentu ada kelebihan
dan kekurangannya. Tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua
situasi, hal ini memberikan pengertian bahwa setiap metode yang
diimplementasikan perlu memperhatikan faktor siswa semua dan kemampuan
guru.
2. Tinjauan tentang Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)
Sebelum membahas tentang
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, terlebih dahulu diuraikan tentang
pengertian dari istilah tersebut. Pembelajaran Al-Qur’an terdiri dari
empat kata yakni “kata pembelajaran”, “baca”, “tulis” dan “kata
Al-Qur’an”.
a) Pengertian pembelajaran
Kata pembelajaran yang penulis
analisa adalah pembelajaran dalam arti membimbing dan melatih anak untuk
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta dapat mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun2003, pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Jadi pada intinya prosespembelajaran tidak terlepas
dari tiga hal, yaitu pendidik, peserta didik, dansumber-sumber belajar
yang digunakan dalam proses pembelajaran itu. Sedangkan proses adalah
tahapan –tahapan dalam suatu peristiwa pembentukan.[8]
Proses adalah tuntutan perubahan dalam perkembangansesuatu. Jadi,
proses pembelajaran adlah tahapan –tahapan yang ditempuholeh pendidik
dan peserta didik dalam rangka proses merubah tingkahlakuuntuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan .
Belajar mengajar sebagai proses terjadi manakala terdapat interaksi antaraguru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar.[9] Belajar adalah suatuproses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumurhidup.[10]
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalahadanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah lakutersebut
menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan
(psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
b) Pengertian membaca
Membaca berasal dari kata dasar
”baca”, berdasarkan kamus ilmiah jiwadan pendidikan, membaca merupakan
ucapan lafadz bahasa lisan menurutperaturan-peraturan tertentu. Kata
baca dalam bahasa indonesia mengandungarti: melihat, memeperhatikan,
serta memahami isis dari yang tertulis denganmelisankan atau hanya dalam
hati.[11]Dalam
literatur pendidikan islam istilahbaca mngandung dua penekanan yaitu:
tilawah dan qiraah Istilah tilawah mengandung makna mengikuti (membaca)
apa adanya baik secara fisik maupun mengikuti jejak dan kebijaksanaan,
atau membaca apa adanyasesuai dengan aturan bacaan yang benar dan
baik.Sedangkan qiraati mengandung makna menyampaikan, menelaah,membaca,
meneliti, mengkaji, mendalami, mengetahui ciri-ciri atau merenungkan,
terhadap bacaan-bacaan yang tidak harus berupa teks tertulis.Makna baca
tidak sekedar tilawah tapi juga qiraah.19 Dalam bukunya M. Hasbi Ash
Shiddieqi mendefinisikan bahwa Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan
atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah”mashdar” yang diartikan dengan arti
isim maf’ul yaitu: maqru: yang dibaca.[12] Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata ”qur’an” dalam arti demikian.
Sebelum siswa dapat membaca
(mengucap huruf, bunyi, atau lambang bahasa) dalam Al-Qur’an, lebih
dahulu siswa harus mengenal huruf yaitu huruf hijaiyah. Kemampuan
mengenal huruf dapat dilakukan dengan cara melihat dan memperhatikan
guru menulis. Sedangkan latihan membaca dapat dilakukan dengan membaca
kalimat yang disertai gambar atau tulisan. Dari pendapat diatas, dapat
disimpulkan pmbelajaran membaca adalah kegiatan pembelajaran membaca
yang tidak ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada
tahap melafalkan lambang-lambang. Adapun tujuan pembelajaran membaca
permulaan agar siswa dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana
dengan lancar dan tertib.
c) Pengertian menulis
Menurut Rudy S. Iskandar menulis
adalah kegiatan menuangkan symbol huruf, sedangkan huruf adalah
bentuk-bentuk yang merupakan lambing bunyi seperti “a” dari alat bunyi
yang berada dalam rongga mulut dengan mulut dibuka lebar, sedangkan
huruf “b” adalah lambing bunyi jika bibir atas dan bawah diletupkan.[13]
Jadi menulis adalah menuangkan symbol lambang dan bunyi. Menurut sabri
kata tulis merupakan kata kerja yang memiliki arti melambungkan apa yang
dilihat atau didengar baik berupa huruf maupun angka.[14]
Dasar-dasar menulis secara umum
sama dengan membaca perbedaanya hanya pada prosesnya saja, jika pada
proses mambaca retina mata mengubah energi cahaya menjadi syaraf yang
disampaikan keotak kemudian direkam dan dicetak kedalam syaraf alat ucap
yang kemudian terjadilah peristiwa membaca.
Sedangkan pada proses menulis
setelah diproses oleh otak disampaikan kesyaraf motorik yang mengerakan
reflek gerak tangan, dan terjadilah menulis. Menulispun merupakan
peristiwa individual, dan apa bila perkembangan mata seseorang terganggu
maka perkembangan dan kemampuan menulisnya akan terganggu pula.
d) Pengertian Al Quran
“Al Qur’an adalah kalam Allah
yang tiada tandingnya, diturunkan kepada nabi Muhamad saw, penutup para
nabi dan rasul, dengan perantaraan Jibril, dan ditulis pada
mushaf-mushaf yang kemudian disempaikan kepada kita secara mutawatir,
serta membca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan
surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.”[15]
Pendapat Ulama tentang asal kata
Al Qur’an, Asy-syafi’I, miisalnya, menengarai kata Al-Quran ditulis dan
dibaca tanpa menggunakan hamzah (Al-Quran bukan Al Qur’an) nama ini
disematkan pada kitab suci yang diwahyukan kepada nabi Muhamad, sama
halnya dengan nama Taurat dan Injil yang masing-masing secara berurutan
diberikan kepada nabi isa dan nabi musa (Zuhdi, 1997)
Al-farra’. Dalam kitab Ma’aniy Al
Qur’an ia menjelaskan bahwa kata Al Qur’an ditulis dan dibaca adalah
bentuk jamak dari kata qarinah yang berarti “petunjuk”. Argumentasi
al-farra didasarkan pada penomena ayat-ayat Al Qur’an yang saling
berhubungan satu sama lain sehingga masing-masing bisa dijadikan
petunjuk yang saling melengkapi.
Pendapat Al-Asy’ari berpendapat
bahwa kata Al Qur’an dari kata dasar Qarrana yang bermakna
“menggabungkan”. Pendapat al-Asy’ari tersebut juga dikuatkan oleh
data-data historis yang merujuk pada pada konstruksi tulisan Al Qur’an
yang mulanya menggunakan Aksara jenis kufi.
Dengan demikian, dapat di
simpulkan bahwa pemakaian kata dasar Qara’a yang berdekatan dengan kata
Al Qur’an dapat membuktikan bahwa Al Qur’an memang ditrunkan dari akar
kata tersebut. Preposisi ini kian menguat menilik terma Al Qur’an
disebut berdampingan dengan dua kitab suci sebelumnya, yaitu Taurat dan
Injil, yang melahirkan konstruksi paralelitas.[16]
Dari kata “baca” dan “tulis”
digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang
berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis
dan membaca. Kata “Al-Quran” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan
menurut istilah adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama
Islam, jika dibaca bernilai ibadah. Pengertian dapat penulis uraikan
dengan lebih terinci, bahwa Alquran adalah firman Allah swt. yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir dan
berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya bernilai
ibadah .
Dari uraian di atas penulis dapat
merumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Al-Quran adalah suatu
kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci
Al-Quran. Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran
dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya
kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti.Sebab
kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab.
Jadi yang dikehendaki dari
pengertian baca tulis Al-Quran tersebut adalah kemampuan ganda yakni
membaca dan menulis. Maksudnya, di samping dapat membaca juga diharapkan
mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat Al-Quran lalu bagaimana
hubungan kedua kemampuan tersebut. Untuk sementara penulis dapat
mengemukakan bahwa kedua perkataan tersebut sangat erat hubungannya,
karena merupakan dasar untuk membaca dengan baik adalah menulis,
Demikian pula sebaliknya bahwa dasar untuk menulis dengan baik adalah
membaca secara teliti lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat buktinya
bahwa seseorang dapat membaca dengan lebih baik dan benar suatu naskah
jika dia telah mengenal tulisannya atau bila dia telah mampu
menulisnya.Demikian juga seseorang kadang-kadang dapat menulis dengan
benar jika dia telah mampu membaca dengan lafal yang benar. Hal ini
merupakan gambaran betapa erat hubungan antara membaca dan menulis.
fuadievaluasi.ran guru-guru PAI mampu menentukan tujuan intruksional khusus, menentukan materi, pendekatan, metode, alat,
G. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (sebagaimana yang
dikutip oleh Lexy J. Moleong), metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu,
Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.[17]
H. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi
di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas, oleh karena itu
penelitian ini digolongkan dalam penelitian lapangan di mana yang
menjadi obyeknya dalam penelitian ini adalah seluruh usaha yang
dilakukan oleh pihak SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas dalam
upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan
menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa dalam pembelajaran
BTA di SDN 2 Kebasen.
2. Metode Penentuan Subyek
Subyek dalam penelitian ini
adalah seluruh pihak yang terlibat langsung dalam upaya mempermudah
siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan
metode-metode yang sesuai.
Metode penentuan subyek sering
disebut sebagai metode penentuan sumber data. Maksud dari sumber data
penelitian adalah subyek dari mana data itu diperoleh.[18]
3. Metode Pengumpulan Data
a. Data
Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data penunjang sebagai berikut:
1) Data pokok tentang upaya
mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan
menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa di SDN 2 Kecamatan
Kebasen Kabupaten Banyumas .
2) Data pokok tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi upaya mempermudah siswa dalam penguasaan
BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai
a) Latar belakang pengetahuan BTA siswa
b) Metode yang sering di gunakan
c) Media pembelajaran
d) Waktu
e) Komunikasi antara guru dan siswa
f) Training keguruan yang diikuti.
3) Data penunjang, yaitu data tentang gambaran umum lokasi penelitian, meliputi:
a) Sejarah berdirinya SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas
b) Keadaan guru
c) Keadaan siswa SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas
b. Sumber Data
Untuk mendapat sumber data-data
di atas, baik data pokok maupun data penunjang, maka penelitian ini
mengambil sumber data, yaitu:
1) Responden
Responden dalam penelitian ini
adalah seluruh dewan guru yang mengajar dan siswa di SDN 2 Kecamatan
Kebasen Kabupaten Banyumas .
2) Informan
Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dan staf TU di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas .
c. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menggali data-data pokok
dan data penunjang di atas, maka penelitian menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data seperti yang tersebut di bawah ini :
1) Angket
Metode angket yang dimaksud
disini adalah berupa daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian. [19]
Menurut Kuntjaraningrat, metode
kuesioner merupakan suatu daftar yang tertulis yang berisikan suatu
rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam suatu bidang, dengan
demikian maka kuesioner yang dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan
untuk memperoleh jawaban dari responden (orang- orang yang menjawab).[20]
Yang ditujukan kepada para guru
dan siswa yang terlibat langsung dalam upaya mempermudah siswa dalam
penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang
sesuai.
2) Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode
pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan dibandingkan dengan tujuan
penelitian.[21]
3) Observasi
Metode observasi dalam
pengumpulan data dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam objek yang
akan diteliti (diselidiki).[22]
4) Dokumentasi
Metode ini merupakan pengambilan
data berdasarkan dokumentasi yang dalam arti sempit berarti kumpulan
data verbal dalam bentuk tulisan.[23]
Penulis mengunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data tentang
letak geografis, jumlah guru dan karyawan, keadaan siswa dan keadaan
sarana prasarana.
5) Metode Analisis Data
Analisis data adalaah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.[24]
Setelah data diperoleh dan diolah dengan menggunakan teknik yang telah
ditentukan, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan pendekatan
deskriptif dengan metode induksi, yaitu suatu pemikiran yang bertolak
dari peristiwa khusus untuk selanjutnya diambil kesimpulan secara umum,
kemudian hasil penelitian ini disajikan secara verbal.
[1] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: 1971, hlm.645
[2] Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Mambaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani, 2004, hlm. 16
[3] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka: 2005, hlm. 740.
[4] Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, h. 92.
[5] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa, 2003, hlm. 113
[6] H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1906), hlm 1.
[7] Imam Barnadib, Dasar-Dasar Pendidikan Perbandingan (Yogyakarta: Institut Press, IKIP Yogyakarta, 1988) hal. 29-30
[8] M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer . Surabaya, Arkola, 1994. Hal 633
[9] Nana Sujana , Cara Belajar Siswa Aktif . Bandung: Sinar Baru, 1989. hlm, 11
[10] Armai Arief. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam . Jakarta : Ciputat Pers,2002. hlm 1
[11] Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1989
[12] M. Hasbi Ash Siddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an\Tafsir . Jakarta : PT.Bulan Bintang, 1992.hlm 1
[13] Rudy S, Iskandar, Pengenalan Tipografi (Tanpa Tempat: Buletin Pusat Perbukuan, 2002). Hal 27
[14] Alisuf Sabri, Buletin Mimbar Agama dan Budaya (Jakarta: IAI, 1991), hal 14
[15] Nur Faizah, Sejarah Al Qur’an (Jakarta: Artha Rivera, 2008), hal 95
[16] Ibid., hal. 100
[17] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 3
[18] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Menurut Pendekatan Praktis (Jakarta, Rineka Cipta, 1991) hal. 90
[19] Suharsimi, op.cit., hal. 124
[20] Kunctaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia,1990) hal.173
[21] Sutrisno Hadi, op. cit., hal. 136
[22] Ibid, hal. 136
[23] Kuntjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, Pustaka Utama, 1997) hal. 129
[24] Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, hal. 69
0 komentar:
Posting Komentar