Sabtu, 24 November 2012

Metode Pembelajaran Baca Tulis Al Quran di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas

Metode Pembelajaran Baca Tulis Al Quran di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas
A. Latar Belakang Masalah 
Dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan kepada Allah SWT) merupakan suatu fitrah atau potensi dasar manusia (anak). Sedangkan tugas pendidik adalah mengembangkan dan membantu tumbuh kembangnya fitrah tersebut pada manusia (anak). Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar Ruum ayat 30, yang artinya: 
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.[1]
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril, yang merupakan mukjizat, yang diriwayatkan secara mutawtir, yang ditulis di mushaf, dan membacanya adalah ibadah.[2]
Al Qur’an ialah Kitab Suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam, menjadi petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad S.a.w. sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Karena itu setiap orang yang mempercayai Al Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajarinya dan memahaminya serta mengamalkan dan mengajarkannya. 
Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad S.a.w. sekian abad yang lalu. Persoalan yang muncul dan menjadi rumit ketika jarak waktu, tempat, budaya antara pembaca dan teks demikian jauh. Al Qur’an yang diturunkan di Arab dan berbahasa Arab akan berbeda ditangkap oleh umat muslim bangsa Indonesia secara kultur. Akan tetapi, Al Qur’an bagaimanapun adalah Kitab Allah SWT. untuk semua manusia yang menandung nilai-nilai universal yang kontekstual untuk segala zaman. Untuk mengetahui nilai-nilai yang universal tersebut maka Al Qur’an perlu dipelajari. 
Setiap insan dianjurkan untuk mengajarkan Al Qur’an kepada dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain. Disamping itu juga harus memikirkan, merenungkan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal itu maka tentunya harus bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Bagi yang belum bisa membaca Al Qur’an, tentunya sulit untuk mempelajari Al Qur’an. Oleh karena itu, diperlukan cara membaca Al Qur’an yang tidak menyulitkan terutama bagi pemula atau anak yang masih kecil. 
Prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.[3] Dalam proses belajar mengajar metode merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 
Metode pembelajaran Al-Qur’an pada hakekatnya adalah mengajarkan Al-Qur’an pada anak yang merupakan suatu proses pengenalan Al-Qur’an tahap pertama dengan tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi. Pengajaran membaca Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca dan menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran Al-Qur’an, anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Yang paling penting dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah keterampilan membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disususun dalam ilmu Tajwid.[4]
Salah satu kesulitan membaca Al-Qur’an bagi anak-anak adalah karena ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak faasih dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekedar menghafal saja. Hal tersebut di atas juga banyak dialami oleh anak didik yang masih duduk dibangku tingkat dasar. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca Al Qur’an. 
Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur’an masih merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam kemampuan membaca al-Qur’an. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar Baca Tulis al-Qur’an adalah dengan penggunaan metode yang sesuai yang dapat dilakukan oleh guru Baca Tulis al-Qur’an dalam kelas. 
Dalam mendidik agama pada siswa jenjang sekolah dasar diperlukan pendekatan pendekatan tertentu, diantaranya melalui pendekatan keagamaan. Pendekatan keagamaan ialah bagaimana cara pendidik memproses anak didik atau siswa melalui kegiatan bimbingan, latihan dan pengajaran keagamaan, termasuk didalamnya mengarahkan, mendorong, dan memberi semangat kepada mereka agar mau mempelajari ajaran agamanya melalui baca tulis Al- Qur’an (BTA), serta taat dan mempunyai cita rasa beragama Islam.[5]
Pendidikan merupakan interaksi antara orang dewasa dengan orang yang belum dapat menunjang perkembangan manusia yang berorientasikan pada nilai-nilai dan pelestarian serta perkembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha pengembangan kehidupan manusia.[6] Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan pertama (usia 0-12 tahun). Masa ini merupakan masa yang menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya. Di era globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi terutama dalam kemajuan media massa (cetak dan elektronik), sehubungan dengan kehidupan anak sehari-hari, pengaruh media massa dapat berdampak positif dan juga negatif. 
Anak didik adalah makhluk yang memiliki kreatifitas dan serba aktif yang menuntut agar dalam pendidikan anak benar-benar dibimbing dan diarahkan agar ia dengan sendirinya juga menampakkan kreatifitasnya. Di dalam proses belajar mengajar anak harus diperhatikan dan diposisikan sesuai dengan kemampuannya, serta pendidikan hendaknya lebih bersifat menolong berkembangnya pikiran kritis, tidak hanya berupa pemberian materi pelajaran yang tidak memenuhi kepada apa yang dibutuhkan anak.[7]
BTA adalah bagian materi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang mendapat perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang mengeluh bahwa lulusan SD Negeri banyak yang belum dapat membaca Al-Qur’an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan rendahnya prestasi BTA siswa, terutama pada materi membaca dan menulis huruf hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada kelas II Sekolah Dasar. Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena diharapkan pendidikan SD adalah dasar bagi pembentukan diri anak. Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai BTA sejak dini untuk dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar. Kritikan dan keluhan masih sering dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa. Banyaknya anak yang belum mampu membaca Al-quran dengan baik dan benar, belum mampu menulis serta belum mampu memahami dan mengamalkan isinya. 
Di SDN 2 Kebasen kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an masih rendah, terutama belum sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Hal ini dapat diketahui bahwa hasil belajar pada tahun sebelumnya ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai. Kondisi tersebut bukan semata-mata karena daya serap siswa yang rendah, tetapi lebih banyak faktor yang mempengaruhinya. Bisa jadi karena metode pembelajaran yang kurang tepat, model pembelajaran kurang menarik, atau mungkin karena faktor kesiapan siswa dakam menerima materi pelajaran yang kurang maksimal. 
Namun dari beberapa faktor tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus diperbaiki. Dimana metode yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori, peran aktif siswa kurang diperhatikan, sehingga hasil pembelajaran BTA belum maksimal. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca Al Qur’an siswa SDN 2 Kebasen terutama dalam mempraktikkan bacaan ayat-ayat Al Qur’an yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid maka diperlukan suatu penelitian ilmiah 
Bertitik tolak dari hal tersebut penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Metode Pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen”. 
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 
Faktor apa yang mempengaruhi rendahnya penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen? 
C. Definisi Operasional 
1. Pengertian Metode 
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalanyang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalahcara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. 
2. Pengertian pembelajaran 
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. 
3. Pengertian Baca Tulis Al quran 
Baca dalam arti kata majemuknya “membaca” yang penulis pahami berarti melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan yang tertulis. 
Kata “tulis” berarti batu atau papan batu tempat menulis (dahulu banyak dipakai oleh murid-murid sekolah), kemudian kata “tulis” ditambah akhiran “an” maka menjadi kata “tulisan” (akan lebih mengarah kepada usaha memberikan pengertian dari baca tulis Alquran) maka tulisan berarti hasil menulis. 
Dari kata “baca” dan “tulis” digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis dan membaca. 
Kata “Alquran” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah. Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa Alquran adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya bernilai ibadah. 
Dari uraian di atas dapat dirumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Alquran adalah suatu kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Alquran. Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti. Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab. 
Jadi yang dikehendaki dari pengertian baca tulis Alquran tersebut adalah kemampuan ganda yakni membaca dan menulis. Maksudnya, di samping dapat membaca juga diharapkan mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat Alquran lalu bagaimana hubungan kedua kemampuan tersebut. Untuk sementara penulis dapat mengemukakan bahwa kedua perkataan tersebut sangat erat hubungannya, karena merupakan dasar untuk membaca dengan baik adalah menulis, demikian pula sebaliknya bahwa dasar untuk menulis dengan baik adalah membaca secara teliti lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat buktinya bahwa seseorang dapat membaca dengan lebih baik dan benar suatu naskah jika dia telah mengenal tulisannya atau bila dia telah mampu menulisnya. Demikian juga seseorang kadang-kadang dapat menulis dengan benar jika dia telah mampu membaca dengan lafal yang benar. Hal ini merupakan gambaran betapa erat hubungan antara membaca dan menulis. 
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menggali informasi tentang penyebab rendahnya penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen. Pendidikan Agama Islam di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas, yaitu sebagai berikut: 
1. Untuk mengetahui penyebab rendahnya penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen. 
2. Untuk mengetahui metode-metode yang sesuai dalam pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen. 
Adapun hasil dari penelitian ini nantinya di harapkan dapat: 
1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis 
2. Sebagai bahan informasi dari berbagai pihak, khususnya sekolah yang bersangkutan, masyarakat dan pemerintah. 
3. Bagi siswa, akan lebih membangkitkan semangat belajar, bagi guru, memberikan alternatif dalam menggunakan metode mengajar, dan bagi kepala sekolah, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan mutu pendidikan. 
E. Telaah Pustaka 
Dalam telaah pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa karya yang ada relevansinya dengan judul skripsi “Metode Pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen” ini. Beberapa karya itu antara lain: 
Skripsi yang di tulis oleh Aning Nur’aini NH Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang penerapan metode Tahfidz Al-Quran pada kanak-kanak di Pondok Pesantren Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Penelitian lapangan ini mendeskripsikan tentang penerapan metode tahfiz al-Qur’an, prestasi menghafal yang dicapai santri kanak-kanak dan faktor pendukung maupun faktor penghambat dalam penerapan metode tahfiz al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Hasil temuan dari penelitian ini adalah metode yang diterapkan dalam tahfiz al-Quran pada kanak-kanak di Pondok Pesantren Imogiri Bantul Yogyakarta adalah musyawarah, pemberian tugas, taktis, stor, dan murraja’ah. Prestasi yang dicapai tiap santri berbeda tetapi memenuhi target dan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Faktor pendukungnya terdiri dari usia santri, kecerdasan, tujuan dan minat santri, serta lingkungan yang mendukung. 
Skripsi yang di tulis oleh Dwi Mahmudah Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009 tentang Metode Tahfiz dalam pembelajaran Al-Quran di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta.. Dalam skripsi, tersebut menjelaskan tentang metode tahfiz Al-Quran yang digunakan di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari ada 5 metode yaitu metode memperdengarkan bacaan membaca sendiri, setoran pemberian tugas dan muraja’ah dengan menggunakan metode-metode tersebut, siswa mampu menghafal al-Quran dengan baik meskipun ada beberapa kendala yang ditemui. Metode tersebut bisa dikatakan sudah bagus terlihat beberapa santri telah mencapai target. Namun perlu adanya pengembangan dengan mencari metode lain mengingat metode yang digunakan terkesan kurang menyenangkan. Meskipun terdapat 6 metode pengembangan metode alangkah lebih baiknya jika didapatkan metode yang menciptakan pembelajaran tahfiz Al-Quran menjadi menyenangkan sesuai dengan pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk lebih giat menghafalkan Al-Quran . 
Skripsi yang di tulis oleh Khalimatul Mari’ati jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang metode pembelajaran tahfiz al-Quran di SD IT Lukman Al Hakim Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisa tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran khususnya tahfiz al-Quran yang dilaksanakan di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta faktor penghambat dan pendukung serta hasil yang dicapai. Hasil temuan dari penelitian ini materi tahfiz al-Quran adalah juz 30, 29 dan 28. proses pembelajrannya dengan dua cara yaitu tahfiz dan takrir. Tahfiz dilakukan dengan dua teknik yaitu talaqqi bagi yang belum mampu membaca al-Qur’an khususnya kelas awal. Teknik mandiri bagi yang sudah mampu dilakukan dengan yang muraja’ah atau mengulang-ulang. Metode yang dilakukan. Metode yang dilakukan berbeda dan melalui hafalan pra belajar. Agar metode tahfiz al-Quran kondusif digunakan pendekatan : individual, kelompok bervariasi educatif dan pembiasaan. Faktor pendukung dari tahfiz al-Quran di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta adalah banyaknya ustad-ustadzah, kemampuan dan semangat belajar siswa control dari orang tua dan kurangnya waktu. Adapun faktor penghambatnya, keterbatasan ustad-ustadzah, kemampun dan semangat belajar yang tidak sama, kurangnya control dari orang tua serta kurangnya waktu. Hasil dari tahfiz al-Quran dikategorikan menjadi dua yaitu evaluasi harian dan evaluasi catur wulan. Hasil dari evaluasi harian belum memenuhi target dan penguasaan siswa secara kualitatif adalah cukup. Sedangkan hasil evaluasi catur wulan yang dicapai oleh siswa secara kualitatif adalah bagus . 
Dari beberapa penelitian skripsi di atas, belum ada satupun yang menekankan penelitian dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen apalagi dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa dalam pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen. 
F. Kajian Teori 
1. Tinjauan Tentang Metode 
a) Pengertian Metode 
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. 
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. 
b) Pengertian Metode Mengajar 
Metode mengajar adalah cara guru mengajar. Metode mengajar adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Berdasar pendapat kedua di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara guru di dalalm menyampaikan materi secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam memilih metode pembelajaran yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran, kemampuan guru, dan kemampuan siswa, media sarana prasarana pengajaran yang tersedia, waktu yang dibutuhkan, dan keseluruhan situasi bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. 
Berdasarkan uraian di atas dapat disebutkan ada banyak metode mengajar yang dapat dipakai dalam pembelajaran dan di antara metode-metode tersebut tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua situasi, hal ini memberikan pengertian bahwa setiap metode yang diimplementasikan perlu memperhatikan faktor siswa semua dan kemampuan guru. 
2. Tinjauan tentang Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) 
Sebelum membahas tentang pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian dari istilah tersebut. Pembelajaran Al-Qur’an terdiri dari empat kata yakni “kata pembelajaran”, “baca”, “tulis” dan “kata Al-Qur’an”. 
a) Pengertian pembelajaran 
Kata pembelajaran yang penulis analisa adalah pembelajaran dalam arti membimbing dan melatih anak untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi pada intinya prosespembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pendidik, peserta didik, dansumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran itu. Sedangkan proses adalah tahapan –tahapan dalam suatu peristiwa pembentukan.[8] Proses adalah tuntutan perubahan dalam perkembangansesuatu. Jadi, proses pembelajaran adlah tahapan –tahapan yang ditempuholeh pendidik dan peserta didik dalam rangka proses merubah tingkahlakuuntuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan . 
Belajar mengajar sebagai proses terjadi manakala terdapat interaksi antaraguru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar.[9] Belajar adalah suatuproses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumurhidup.[10] Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalahadanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah lakutersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). 
b) Pengertian membaca 
Membaca berasal dari kata dasar ”baca”, berdasarkan kamus ilmiah jiwadan pendidikan, membaca merupakan ucapan lafadz bahasa lisan menurutperaturan-peraturan tertentu. Kata baca dalam bahasa indonesia mengandungarti: melihat, memeperhatikan, serta memahami isis dari yang tertulis denganmelisankan atau hanya dalam hati.[11]Dalam literatur pendidikan islam istilahbaca mngandung dua penekanan yaitu: tilawah dan qiraah Istilah tilawah mengandung makna mengikuti (membaca) apa adanya baik secara fisik maupun mengikuti jejak dan kebijaksanaan, atau membaca apa adanyasesuai dengan aturan bacaan yang benar dan baik.Sedangkan qiraati mengandung makna menyampaikan, menelaah,membaca, meneliti, mengkaji, mendalami, mengetahui ciri-ciri atau merenungkan, terhadap bacaan-bacaan yang tidak harus berupa teks tertulis.Makna baca tidak sekedar tilawah tapi juga qiraah.19 Dalam bukunya M. Hasbi Ash Shiddieqi mendefinisikan bahwa Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah”mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu: maqru: yang dibaca.[12] Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata ”qur’an” dalam arti demikian. 
Sebelum siswa dapat membaca (mengucap huruf, bunyi, atau lambang bahasa) dalam Al-Qur’an, lebih dahulu siswa harus mengenal huruf yaitu huruf hijaiyah. Kemampuan mengenal huruf dapat dilakukan dengan cara melihat dan memperhatikan guru menulis. Sedangkan latihan membaca dapat dilakukan dengan membaca kalimat yang disertai gambar atau tulisan. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan pmbelajaran membaca adalah kegiatan pembelajaran membaca yang tidak ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada tahap melafalkan lambang-lambang. Adapun tujuan pembelajaran membaca permulaan agar siswa dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib. 
c) Pengertian menulis 
Menurut Rudy S. Iskandar menulis adalah kegiatan menuangkan symbol huruf, sedangkan huruf adalah bentuk-bentuk yang merupakan lambing bunyi seperti “a” dari alat bunyi yang berada dalam rongga mulut dengan mulut dibuka lebar, sedangkan huruf “b” adalah lambing bunyi jika bibir atas dan bawah diletupkan.[13] Jadi menulis adalah menuangkan symbol lambang dan bunyi. Menurut sabri kata tulis merupakan kata kerja yang memiliki arti melambungkan apa yang dilihat atau didengar baik berupa huruf maupun angka.[14]
Dasar-dasar menulis secara umum sama dengan membaca perbedaanya hanya pada prosesnya saja, jika pada proses mambaca retina mata mengubah energi cahaya menjadi syaraf yang disampaikan keotak kemudian direkam dan dicetak kedalam syaraf alat ucap yang kemudian terjadilah peristiwa membaca. 
Sedangkan pada proses menulis setelah diproses oleh otak disampaikan kesyaraf motorik yang mengerakan reflek gerak tangan, dan terjadilah menulis. Menulispun merupakan peristiwa individual, dan apa bila perkembangan mata seseorang terganggu maka perkembangan dan kemampuan menulisnya akan terganggu pula. 
d) Pengertian Al Quran 
“Al Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada nabi Muhamad saw, penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Jibril, dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disempaikan kepada kita secara mutawatir, serta membca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.”[15]
Pendapat Ulama tentang asal kata Al Qur’an, Asy-syafi’I, miisalnya, menengarai kata Al-Quran ditulis dan dibaca tanpa menggunakan hamzah (Al-Quran bukan Al Qur’an) nama ini disematkan pada kitab suci yang diwahyukan kepada nabi Muhamad, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil yang masing-masing secara berurutan diberikan kepada nabi isa dan nabi musa (Zuhdi, 1997) 
Al-farra’. Dalam kitab Ma’aniy Al Qur’an ia menjelaskan bahwa kata Al Qur’an ditulis dan dibaca adalah bentuk jamak dari kata qarinah yang berarti “petunjuk”. Argumentasi al-farra didasarkan pada penomena ayat-ayat Al Qur’an yang saling berhubungan satu sama lain sehingga masing-masing bisa dijadikan petunjuk yang saling melengkapi. 
Pendapat Al-Asy’ari berpendapat bahwa kata Al Qur’an dari kata dasar Qarrana yang bermakna “menggabungkan”. Pendapat al-Asy’ari tersebut juga dikuatkan oleh data-data historis yang merujuk pada pada konstruksi tulisan Al Qur’an yang mulanya menggunakan Aksara jenis kufi. 
Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa pemakaian kata dasar Qara’a yang berdekatan dengan kata Al Qur’an dapat membuktikan bahwa Al Qur’an memang ditrunkan dari akar kata tersebut. Preposisi ini kian menguat menilik terma Al Qur’an disebut berdampingan dengan dua kitab suci sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil, yang melahirkan konstruksi paralelitas.[16]
Dari kata “baca” dan “tulis” digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis dan membaca. Kata “Al-Quran” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah. Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa Alquran adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya bernilai ibadah . 
Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Al-Quran adalah suatu kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Al-Quran. Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti.Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab. 
Jadi yang dikehendaki dari pengertian baca tulis Al-Quran tersebut adalah kemampuan ganda yakni membaca dan menulis. Maksudnya, di samping dapat membaca juga diharapkan mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat Al-Quran lalu bagaimana hubungan kedua kemampuan tersebut. Untuk sementara penulis dapat mengemukakan bahwa kedua perkataan tersebut sangat erat hubungannya, karena merupakan dasar untuk membaca dengan baik adalah menulis, Demikian pula sebaliknya bahwa dasar untuk menulis dengan baik adalah membaca secara teliti lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat buktinya bahwa seseorang dapat membaca dengan lebih baik dan benar suatu naskah jika dia telah mengenal tulisannya atau bila dia telah mampu menulisnya.Demikian juga seseorang kadang-kadang dapat menulis dengan benar jika dia telah mampu membaca dengan lafal yang benar. Hal ini merupakan gambaran betapa erat hubungan antara membaca dan menulis. 
fuadievaluasi.ran guru-guru PAI mampu menentukan tujuan intruksional khusus, menentukan materi, pendekatan, metode, alat, 
G. Metode Penelitian 
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong), metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.[17]
H. Jenis Penelitian 
Penelitian ini mengambil lokasi di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas, oleh karena itu penelitian ini digolongkan dalam penelitian lapangan di mana yang menjadi obyeknya dalam penelitian ini adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh pihak SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa dalam pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen. 
2. Metode Penentuan Subyek 
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang terlibat langsung dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai. 
Metode penentuan subyek sering disebut sebagai metode penentuan sumber data. Maksud dari sumber data penelitian adalah subyek dari mana data itu diperoleh.[18]
3. Metode Pengumpulan Data 
a. Data 
Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data penunjang sebagai berikut: 
1) Data pokok tentang upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas . 
2) Data pokok tentang faktor-faktor yang mempengaruhi upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai 
a) Latar belakang pengetahuan BTA siswa 
b) Metode yang sering di gunakan 
c) Media pembelajaran 
d) Waktu 
e) Komunikasi antara guru dan siswa 
f) Training keguruan yang diikuti. 
3) Data penunjang, yaitu data tentang gambaran umum lokasi penelitian, meliputi: 
a) Sejarah berdirinya SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas 
b) Keadaan guru 
c) Keadaan siswa SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas 
b. Sumber Data 
Untuk mendapat sumber data-data di atas, baik data pokok maupun data penunjang, maka penelitian ini mengambil sumber data, yaitu: 
1) Responden 
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh dewan guru yang mengajar dan siswa di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas . 
2) Informan 
Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dan staf TU di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas . 
c. Teknik Pengumpulan Data 
Untuk menggali data-data pokok dan data penunjang di atas, maka penelitian menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut di bawah ini : 
1) Angket 
Metode angket yang dimaksud disini adalah berupa daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. [19]
Menurut Kuntjaraningrat, metode kuesioner merupakan suatu daftar yang tertulis yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam suatu bidang, dengan demikian maka kuesioner yang dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh jawaban dari responden (orang- orang yang menjawab).[20]
Yang ditujukan kepada para guru dan siswa yang terlibat langsung dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai. 
2) Wawancara 
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan dibandingkan dengan tujuan penelitian.[21]
3) Observasi 
Metode observasi dalam pengumpulan data dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam objek yang akan diteliti (diselidiki).[22]
4) Dokumentasi 
Metode ini merupakan pengambilan data berdasarkan dokumentasi yang dalam arti sempit berarti kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan.[23] Penulis mengunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data tentang letak geografis, jumlah guru dan karyawan, keadaan siswa dan keadaan sarana prasarana. 
5) Metode Analisis Data 
Analisis data adalaah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.[24] Setelah data diperoleh dan diolah dengan menggunakan teknik yang telah ditentukan, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan pendekatan deskriptif dengan metode induksi, yaitu suatu pemikiran yang bertolak dari peristiwa khusus untuk selanjutnya diambil kesimpulan secara umum, kemudian hasil penelitian ini disajikan secara verbal. 
[1] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: 1971, hlm.645 
[2] Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Mambaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani, 2004, hlm. 16 
[3] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka: 2005, hlm. 740. 
[4] Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, h. 92. 
[5] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa, 2003, hlm. 113 
[6] H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1906), hlm 1. 
[7] Imam Barnadib, Dasar-Dasar Pendidikan Perbandingan (Yogyakarta: Institut Press, IKIP Yogyakarta, 1988) hal. 29-30 
[8] M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer . Surabaya, Arkola, 1994. Hal 633 
[9] Nana Sujana , Cara Belajar Siswa Aktif . Bandung: Sinar Baru, 1989. hlm, 11 
[10] Armai Arief. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam . Jakarta : Ciputat Pers,2002. hlm 1 
[11] Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1989 
[12] M. Hasbi Ash Siddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an\Tafsir . Jakarta : PT.Bulan Bintang, 1992.hlm 1 
[13] Rudy S, Iskandar, Pengenalan Tipografi (Tanpa Tempat: Buletin Pusat Perbukuan, 2002). Hal 27 
[14] Alisuf Sabri, Buletin Mimbar Agama dan Budaya (Jakarta: IAI, 1991), hal 14 
[15] Nur Faizah, Sejarah Al Qur’an (Jakarta: Artha Rivera, 2008), hal 95 
[16] Ibid., hal. 100 
[17] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 
2002), hlm. 3 
[18] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Menurut Pendekatan Praktis (Jakarta, Rineka Cipta, 1991) hal. 90 
[19] Suharsimi, op.cit., hal. 124 
[20] Kunctaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia,1990) hal.173 
[21] Sutrisno Hadi, op. cit., hal. 136 
[22] Ibid, hal. 136 
[23] Kuntjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, Pustaka Utama, 1997) hal. 129 
[24] Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, hal. 69

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 08.24 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar