Tugas mandiri
Dosen pembimbing :
PERKEMBANGAN MAI SENGKANG
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI DDI PNRANG)
TAHUN AJARAN 2011-2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
masalah.
Organisasi
merupakan suatu alat atau wadah kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan
pola tertentu yang perwujudannya memiliki kekayaan baik fisik maupun non fisik.
Di
Indonesia sendiri banyak sekali jenis organisasi mulai dari organisasi bersifat
politik seperti parpol, bahkan ada pula yang bersifat keagamaan seperti NU
(Nahdatul Ulama), Muhammadiyah, Hisbuttahrir, FPI (Fron Pembela Islam), dan
khusus di Sulawesi-selatan ada organisasi sosial keagamaan yang cukup besar dan
cukup familiar di telinga masyarakat sulawesi-selatan sendiri yaitu DDI (Darud
Da’wah Wal Irsyad) yang didirikan oleh K. H. Abd. Rahman Ambo Dalle bersama
dengan ulama-ulama besar Sulawesi-selatan, yang akan menjadi pembahasan makalah
penulis ini.
B. Rumusan masalah.
Berdasarkan
dari uraian singkat diatas maka yang akan menjadi garis besar pembahasan
makalah penulis ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana
sejarah pendirian dan perjalanan organisasi DDI (Darud Da’wah Wal Irsyad)?
PERKEMBANGAN MAI
SENGKANG
Anregurutta Haji Muhammad As’ad wafat pada
hari senin 12 Rabiul Akhir 1372 H atau 29
Desember 1952 rsetelah menderita sakit lama tujuh
hari .Untuk menggantikannya
memimpin MAI Sengkang ,tampillah Anregurutta
Haji Daud Ismail, salah seorang murid seniornya. Untuk mengabadikan
nama beliau, dalam musyawarah MAI pada tanggal 25 Sya’ban 1372 H atau 9 Mei 1953 di
sepakati untuk mengganti
nama Madrasah
Arabiyah Islamiyah (MAI) Sengkang
menjadi Madrasah As’adiyah(MAI).
Dalam perkembangannya , Madrasah As’adiyah menjad i organisasi yang menbina madrasah dan pondok
pesantren yang berpusat di kota sengkang, ibukota Kabupaten Wajo . Saat ini , menurut data tahun 2003 , Pengurus Besar As’adiyah yang di
pimpin oleh Prof.Dr. H.M Rafi’Yunus (hasil Muktamar PB.As’adiyah
2003) membina 301 madrasah dan pondok pesantren yang tersebar pada dua
belas Kabupaten Wajo (157 madrasah),Kabupaten Bone (58 madrasah), dan Kabupaten
Soppeng (20 madrasah).
Sebenarnya,
perkembangan As’adiyah sedikit lambat bila di bandingkan dengan usianya. Hal itu tampaknya tidak
terlepas dari kebijakan sentralisasi yang ditetapkan Anregurutta H.M.As’ad,
semasa hidup ,Anregurutta As’ad tidak mengizinkan di dirikan madrasah di tempat
lain sebagai cabang dari madrasahnya. Beliau
mengkhawatirkan kalau bayak cabang lalu tidak mampu mengntrolnya akan
mengakibatkan rusaknya mutu madrasah yang di pimpinnya .Karena itu ,semasa
hidup Anregurutta tidak ada cabang yang di buka. Penbukaan cabang di lakukan
pasca kepemimpinanAnregurutta Haji Muhammad As’ad.
Anregurutta
H. M.
as’ad ; dari perkumpulan tablig ke MAI sengkang
Salah
seorang ulama yang sangat besar peranannya dalam perkembangan pendidikan Islam
di sulawesi selatan adalah Haji Muhammad As’ad bin Haji abdur Rasyid Al-bugisy
beliau berasal dari wajo namun kakek dan orang tuanya adalah Ulama bugis yang
bermukim di mekkah dan Haji Muhammad As’ad sendiri di lahirkan di mekkah pada
tanggal 12 rabiustsani 1326 Hijriyah atau tahun 1907 miladiyah .
Tahun
1928, ketika berusia 21 tahun Haji muhammad As’ad kembali ke tanah leluhurnya
di negeri Wajo. Setiba di Sulawesi
selatan beliu melihat berbagai perakti-peraktik dalam masyarakat yang sangat
bertentangan dengan Akidah Islam seperti pen yembahan berhala dan pemberian
sesajien kepada benda-benda yang di keramatkan . Maka, langkah awal yang di
lakukanya untuk memerangi kemungkaran
itu adalah pembentukan perkupulan tablik yang beranggotakan murid-muridnya
sendiri. Beliau sendiri sebagai ketuanya dan langsung memimpin jalanya jamaah
tablik tersebut. Terkadang berjalan kaki, terkadang naik kendaraan dari kota ke
dese-desa atau sebaliknya tanpa mengenal lelah.
Berkat
ketekunan, ketegasan, dan kegigihan dalam waktu yang relatif singkat masyarakat
meninggalkan perilaki-perilaku khurafat, syirik, dan kemungkaran lainya. Salah
satu contoh adalah paham tentang bolehnya memfidyah salad. Suatu ketika
Anregurutta H . M . As’ad di undang
menghadiri pemakaman salah seorang kerabat Arung Matoa Wajo ( Raja Wajo ) H
.Andi maddukkalleng. Saat itu beliau di
tawari berkenang menerimah fidyahnya orang yang meninggal dunia dan semasa
hidup meninggalkan salad . tawaran itu di tolaknya dan beliau menyampaikan
bahwa salad itu tidak boleh di tidiyah padahal fidiyah it berupa emas dan uang
tunai yang jumlahnya cukup banyak. Karna sikap tegasnya itu, paham yang mudah
melekat pada masyarakat sulawesi selatan , khususnya di Wajo, akhirnya di
tinngalkan masyarakat. Demikian juga tentang mengulang salad duhur sesudah
salad jum’at yang banyak di lakukan masyarakat di daerah soppeng . dalam suatu
pertemuan yang di hadiri oleh Datu Soppeng , beliau dengan tegas menyatakan
bahwa tidak boleh mengulang salad duhur klo salad jum’atnya sah.
Keteguhan
sikap Anregurutta H. M. As’ad juga tanpak ketika wafat ArungMatowa Wajo ke 47
Andi Oddang pero sebagian besar anak cucunya menghendaki agar orang tuanya di
kuburkan di dalam mesjid jami ‘ Sengkang. Tetapi , Anregurutta melarang hal
tersebut dan menyuruh supayah penggalian lian kubur di hentikan . maralah orang yang melakukan penggalian dan
mempertahankan kemauan keluarga Arung Matoa . Anregurutta tetap bertahan dengan
sikapnya. Akhirnya di adakan musyawarah dengan keputusan bahwa Arung Matowa
Wajo di kuburkan di luar ( di seblah barat ) Masjid jami.
Di
samping itu , Haji Muhammad As’ad aktif memberikan pengajian dengan sistem
halaka di rumahnya atau di mesjid titik berat mareri pelajaranya adalah pada
masalah akhidah dan syariah . semakin lama pengajiannya itu di datangi oleh
santri dari berbagai daerah hingga sistem halakah di anggap tidak cocok lagi.
Karna itu , pada bulan mei 1930 beliu membuka sistem pendidikan pormal dalam
bentuk madrasah atau sekolah di samping mesjid jami sengkang yang di beri nama
madrasah arabiyah islamiyah (MAI). Dua tahun kemudian di bangun lah gedung
sekolah permanen di samping kiri dan kanan mesjid jami sengkang, atas bantuan
pemerintah kerajaan Wajo bersama toko Agama dan toko Masyarakat.
Dari
lembaga pendidikan ini lahir lah sejumlah ulama, di antaranya: H . Abdu Rahman
Ambo Dalle , Haji Daud Ismail, Haji Hobe , Haji Muhammad Yunus Maratan , Haji
Muhammad Abduh pabbajah, Haji Muhammad Amberi Said, Haji Junaid Sulaiman , Haji Muhammad Yusuf
Hamzah, Haji Abdul Muin Yusuf, haji Muhammad Amind Nashir, Haji marzuki Hasan,
dan lain-lain.
Para
lepasan MAI Sengkang ini kemudian mendirikan pesantren di brbagai daerah . di
antaranya : AG. H. Abdurahman Ambo Dalle mendirikan MAI Mangkoso lalu bersama
AG. H. Daud ismail dan AG. H. M. Abduh Pabbajah mendirikan DDI .AG. H. Daud
Ismail juga mendirikan pesantren Yasrip di wantang soppeng . AG. H. Junaid
sulaiman mendirikan pesantren Ma’had Hadits di watang pone dan AG. H. Abd .
Muin Yusuf mendirikan pesantren Al Urwatul Wutsqa di benteng Rappang dengan
sistem pendidikan yang secara umum hampir sama , kecuali Haji marsuki Hasan
yang mendirikan pesantren Darul Istikomah sistemnya agak berbeda dengan
pesantren – pesantren yang di sebut terdahulu.
Pemikiran
Anre Gurutta Haji Muhammad As’ad dapat di baca pada buku-buku yang telah di
tulisnya diantaranya: Idharul Hqiqah,
berbahasa bugis , berisi ajaran akidah-akidah yang benar dan tidak benar
(syirik) , Assiratun Nabawiyah
(berbagasa arab dan bugis), Kitabul
Aqaaid (berbahasa bugis), Kitabuzzakah
(berbahasa bugis dan indonesia), dan lain-lainya.
Gurutta H. M. As’ad; dari Perkembangan Tablik ke MAI
Sengkang
Salah seorang Ulama yang sangat
besar peranannya dalam pengembangan pendidikan
Islam di Sulawesi Selatan adalah Haji Muhammad As’ad Bin Haji Abdul
Rasyid AL-Bugisy. Blau brasal dari wajo namun kakek dan orang tuannya adalah
ulama Bugis yang bermukim di Mekkah dan haji Muhammad As’sd adalah di lahirkan
di Mekkah pada tanggal 12 Rabiustsani
1329 Hijriah atau tahun 1907 Miladiah.
Tahun 1928,ketika berusia 21 tahun
Haji Muhammad As’sd kembal;I ke tana leluhurnya ke tanan wajo. Setiba di
Sulawesi Selatan beliau melihat berbagai praktik-praktik dalam masyarakat yang
sangat bertentangan dengan akidah Islam,seperti penyembahan brhala dan
pemberian sesajen kepada benda-benda yang di keramatkan.
Maka, langka awal yang di lakukannya
untuk memerangi kemungkaran itu adalah membentuk perkumpulan tablik yang
beranggotakan murid-muridnya. Beliau sendiri sebagai ketuanya dan langsung
memimpin jalannya jamaah tablik tersebut. Terkadang berjalan kaki, terkadang
naik kendaraan dari kota ke desa-desa atau sebaliknya tampa mengenal lalah.
Berkat ketekunan, keregasan. Dan
kegigihannya dalam waktu yang relatif singkat masyarakat meninggal
perilaku-perilaku khurafat, syirik, dan kemungkaran lainnya. Salah satu contoh
adalah faham tentang bolehnya memfidyah salat. Suatu ketika Anregurutta H.M.As’sd
di undang menghadiri salah stu pemakaman salah seorang ketabat Arung Matoa Wajo
( raja wajo) Haji Andi Madukkelleng. Saat itu beliau di tawari agar berkenag
MAI SENGKANG
Salah satu
lembaga pendidikan tertua di Sulawesi Selatan yang dikenal luas di Indonesia
adalah Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) di Sengkang Kabupaten Wajo yang
didirikan bersetuju dengan bulan Zulkaidah 1348 H, yang bertepatan dengan bulan
Mei 1930 M, oleh K. H. Muh. As’ad yang baru saja kembali dari Mekah pada tahun
1928. Pendidikan formal terakhir yang diikuti beliau di Mekah adalah di
Madrasah Al-Falah.
Pada awal
mulanya MAI Sengkang hanya merupakan pengajian dengan sistem mengaji tu’dang yang diadakan dirumah K. H. Muh
As’ad, yang oleh penduduk setempat dan murid-muridnya, hingga kini, menyebutnya
Anregurutta Sade. Menyusul yang
santrinya yang semakin bertambah banyak, maka tempat pengajiannya pun
dipindahkan ke Masjid Jami Sengkang. Walaupun mengaji tu’dang masih berlanjut,
seiring dengan berkembangnya jumlah santri yang tidak tertampung lagi maka
didirikan lembaga pendidikan madrasah dengan sistem klasikal, yang oleh K. H.
Muh. As’ad pengorganisasiannya dipercayakan kepada salah seorang ustadz dan
sekaligus murid kepercayaannya, yang kemudian juga terkenal sebagai ulama besar
Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan, yakni K. H. Abd. Rahman Ambo
Dalle.
Selama MAI
Sengkang masih dibawah kepemimpinan K. H. Muh. As’ad tidak ada perluasan
ekspansi wilayah. Beliau tidak membenarkan adanya pendirian MAI di tempat lain,
baik sebagai cabang ataupun sebagai filial. Dampak dari kebijakan ini adalah
semua santri yang ingin memperoleh ilmu dari K. H. Muh. As’ad harus datang ke
Sengkang dan mondok di MAI Sengkang. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran
beliau akan sulitnya mengendalikan cabang-cabang, menjaga standar mutu
pendidikan, dan nantinya akan mempengaruhi citra MAI Sengkang secara
keseluruhan. Beliau tidak pernah khawatir akan kekurangan santri,
seandainya dibuka kesempatan mendirikan cabang atau filial di luar Sengkang
sekalipun.
Berkat
pembinaan yang dilakukan oleh K. H. Muh. As’ad, maka MAI Sengkang inilah lahir
ulama tokoh pendidik Islam Sulawesi Selatan yang terkemuka, seperti : K. H.
Muhammad Daud Ismail, K. H. Muh. Abduh Pabbajah, K. H. Muhammad Yunus Maratan,
K. H. Muhammad Yusuf Hamzah, K. H. Abdul Muin Yusuf, K. H. Muhammad Amberi
Said, K. H. Djunaid Sulaiman, K. H. Muhammad Amin Nashir, K. H. Marzuki Hasan
dan tentunya K. H. Abd. Rahman Ambo Dalle. Kesemuanya ini adalah merupakan
santri angkatan pertama dari K. H. Muh. As’ad.
Hanya saja
pembinaan langsung, yang dilakukan oleh K. H. Muh. As’ad kepada santri-santri
MAI Sengkang tidak begitu lama, karena Tuhan telah memanggil beliau masih dalam
usia yang relatif muda, 45 Tahun. Beliau wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal
1372 H bertepatan dengan 29 Desember 1952 M. atau dua tahun setelah Sulawesi
Selatan melepaskan diri dari pemerintahan Negara Indonesia Timur (NIT) buatan
belanda bersama dengan wilayah-wilayah Indonesia lainnya melalui konferensi
Meja Bundar di Belanda pada bulan November – Desember 1949, kecuali Irian Barat
yang nanti diintegrasi Republik Indonesia pada tahun 1962.
Untuk
mengenang jasa-jasa K. H. Muh. As’ad, tokoh pendiri dan pembina MAI Sengkang
sertya ulama pertama yang mempraktekkan pendidikan pondok pesantren dengan
sistem klasikal, maka pada tanggal 25 Sya’ban 1372 H, yang bertepatan dengan
tanggal 9 Mei 1953 murid-muridnya sepakat mengubah nama MAI Sengkang menjadi
perguruan As’adiyah, suatu nama perguruan yang tidak sekedar mengabadikan nama
K. H. Muh. As’ad tetapi juga nama perguruan yang mengandung harapan agar
santri-santri yang belajar di perguruan ini dapat mewarisi ilmu dan kemasyhuran
K. H. Muh. As’ad.
Setelah
perubahan nama perguruan atau setelah K. H. Muh. As’ad wafat baru ada
keberanian dari pengelola mendirikan cabang di luar kota Sengkang. Selain
perluasan cabang ke beberapa daerah, juga perguruan As’adiyah mengalami
perluasan jenjang pendidikan yang kini pengelola mulai dari tongkat Taman
Kanak-kanak sampai pada tingkat perguruan Tinggi.
Sumber : DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD (DDI) Dalam Simpul Sejarah
Kebangkitan dan Perkembangan.
Berpindahnya
sejumlah besar santri MAI Sengkang ke MAI Mangkoso cukup menjadi postfactum dari kekhawatiran AGH
Muh. As’ad jauh sebelumnya. Bahwa kepergian AGH Ambo Dalle pasti berpengaruh
besar terhadap perkembangan MAI Sengkang. Tetapi AGH Muh. As’ad tetap pada
pendiriannnya, tidak membenarkan adanya cabang MAI Sengkang yang dipimpinnya.
Namun demikian, walaupun kedua MAI terpisah secara organisasi, tetapi kedua Kiai
pimpinannya tidak bisa dipisahkan dalam relasi antara guru dengan murid,
terutama kesamaan idealisme keduanya didalam membangun kehidupan beragama dalam
masyarakat.
Kehadiran
penjajah Jepang di Indonesia ternyata merupakan penghalang bagi kemajuan madrasah
tersebut. Semua lembaga pendidikan, utamanya lembaga pendidikan atau sekolah
islam, berada dalam pengawasan Jepang. Jepang berusaha menghambat dan
membatasi semua langkahnya. Namun, Ambo Dalle tidak kehilangan siasat. Ia
menyuruh para santrinya agar tidak belajar di kelas-kelas, tetapi di
kolong-kolong rumah penduduk. Ternyata, cara ini justru mengundang peminat yang
kian banyak. Baru setelah Jepang menyerah, Ambo Dalle berhasil melanjutkan
cita-citanya, mendirikan Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) di Mangkoso.
Sukses
Mendirikan dan mengembangkan MAI Mangkoso, AGH Ambo Dalle mulai mengepakkan
sayap dan membuka cabang MAI Mangkoso diberbagai daerah. Tahun 1940-an tercatat
cabang yang dibuka diantaranya di Bontobonto Pangkep, Baruga Majene, Pattojo Soppeng,
Paria Wajo dan Kulo Sidrap.
Setelah
kemerdekaan keadaan Sulawesi Selatan kian carut marut, dunia pendidikan
terabaikan. Keadaan ini memperihatinkan sejumlah ulama di Sulawesi Selatan. AGH
Ambo Dalle melihat ini sebagai medan jihat yang baru. AGH Ambo Dalle kian
intensif melakukan hubungan komunikasi dengan para kekerabatan dan para ulama
yang pada umumnya murid-murid AGH Muh. As’ad yang telah menyebar di Sulawesi
Selatan.
Atas
prakarsa AGH Daud Ismail dan AGH Ambo Dalle serta dukunagn AGH M Abduh Pabbajah
dan ulama lainya. Maka diadakanlah musyawarah alim ulama Ahlusunnah Wal Jama’ah se-Sulawesi Selatan di Watang Soppeng tahun
1947.
Dalam
forum ini, terlihat kepiawaian AGH Ambo Dalle dalam meyakinkan para ulama yang
hadir tentang pentingnya kehadiran sebuah organisasi, yang tidak saja berperan
untuk mewadahi kegiatan MAI Mangkoso yang kian majemuk dan berkembang, tetapi
lebih penting adalah oragnisasi tersebut dapat menyatukan visi dan potensi para
ulama yang membenahi sektor pendidikan Islam yang tersaruk-saruk akibat perang
berkepanjangan.
MADRASAH ARABIYAH ISLAMITAH(MAI)
•
MADRASAH ARABITAH ISLAMIYAH(MAI) SENGKANG
Salah satu lembaga pendidikan tertua di Sulawesi Selatan yang di kenal
luas di Indonesia adalahMadrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) di sengkang,kabupaten
wajo,yang di dirikank bersetuju dengan bulan Zulkaidah 1348 H. yang bertepatan
dengan bulan mei 1930 M. Oleh
K.H.muh as’ad yang baru saja kembali dari mekah adalah di madrasah
Al-Falah.
Pada awal mulanya MAI sengkang hanya merupakan pengajian dengan sistem
mengaji tu’dang yang di adakan di
rumah K.H.muh.as’ad,yang oleh penduduk setempat dan murid-muridnya, hingga
kini, menyebutnya anregurutta sade. Menyusuldengan santrinya yang semakin
bertambah banyak, maka tempat mengajinnya pun di pindahkan ke mesjid
jami,sengkang. Walaupun mengaji tu’dang masih
berlanjit, seiring dengan berkembangnya jumlah santri yang tidak tertampung
lag, maka didiranlahlembaga pendidikan madrasahdengan sistem klasikal yang oleh
K.H.muh as’ad pengorganisasiannya di percayakan kepada salah seorang ustaddan sekaligusmurid
kepercaannya, yang kemudian juga
terkenaj sebagai ulama besar Indonesia
yang berasal dari Sulawesi Selatan, takni K H Abd Rahman Ambo Dalle.
Selama MAI Sengkang masih di bawah kepemimpinan k.h Muh As’ad tidak
ada perluasan ekspansiWilayah .Beliau tidak membenarkan adanya pendirian
madrasah MAI di tempat lain, baik sebagai
cabang maupun sebagai filiah.Dampak dari kebijakan ini adalah semua santri yang
ingin memperoleh ilmu adri K.H. Muh As’ad harus dating ke sengkang dan mondok
di MAI Sengkang.Hal ini di sebabkan oleh kekuatiran beliau akan sulitnya
mengendalikan cabang-cabang menjaga standar mutu pendidikan ,dan nantinya akan
mempengaruhi citra MAI Sengkang secara keseluruhan.Beliau tidak pernah khawatir
akan kekurangan santri ,seandainya dibuka kesempatan mendirikan cabang atau
filiah di luar Sengkang sekalipun.
Berkat pembinaan yang di lakukan oleh K.H.Muh As’ad , maka dari MAI
Sengkang inilah lahir ulama sekaligus tokoh pendidikan Islam Sulawesi
Selatan yang terkemuka ,seperti:K.H.Muhammad Daud Ismail,
K.H.Muh Abduh Pabbajah,K.H.Muh Yunus Maratan, K.H.Muhammad YusufHamzah ,K.H.
Abdul Muin Yusuf, K.H.Muhammad Amberi Said, K.H.Djunaid Sulaiman, K.H. Muhammad
Amin Nashir, K.H.MarzukiHasan , dan tentunya K.H.Abdul Rahman Ambo
Dalle.Kesemuanya adalah merupakan santri angkatanpertama dari K.H.Muh. As’ad.
Hanya saja ,pembinaan langsung yang di lakukan oleh K.H.Muh As’ad kepada santri- santri MAI Sengkang tidak begitu lama, karna tuhan
telah memanggil beliuaketika beliua masih dalam usiayang relative mudah, 45
tahun. Beliua wafat pada hari senin, 12 rabiul akhir 1372 H. bertepatan dengan
29 desember 1952 M. atau dua tahun setelah Sulawesi selatan melepaskan diri
dari pemerintahan Indonesia timur(NIT) buatan belanda bersama dengan
wilaya-wilaya indonesialainnya melalui konferensi meja bundar di belanda pada
bulan November-desember 1949, kecuali irian barat yang nanti diintegrasi
repoblik Indonesia pada tahun 1962.
Untuk mengenang jasa-jasa K.H.muh.as’ad,tokoh pendiri dan pembinah MAI
Sengkang serta ulama pertama yang memperatekkan pendidikan pondok pesantren
dengan sistem klasikal, maka pada tanggal 25 Sya’ban 1372 H. yang bertepatan
dengan tanggal 19 mei 1953 murid-muridnya bes=rsepakat mengubah nama MAI
menjadi perguruan as’adiyah, suatu nama perguruan yang tidak sekedar
mengabadikan nama K.H.Muh as’sd, tetapi juga suatu nama perguruan yang
mengandung harapan agar santi-santri yang belajar di perguruan ini dapat
mewarisi ilmu dan kemasyuran K.H.Muh.as’ad.
Setelah perubahan nama perguruan atau setelah K.H.Muh.as’ad wafat baru
ada keberanian dari pengelola mendirikan cabang di luar kota sengkang. Selain
perluasan cabang ke beberapa daerah, juga perguruan as’adiyah mengalami
perluasan jenjang pendidikan, yang kini pengelola mulai dari tingkat taman
kanak-kanak sampai pada tingkat perguruan tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan
dari uraian singkat makalah ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
DDI
merupakan organisasi keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan, da’wah, dan
sosial kemasyarakatan. DDI didirikan oleh para ulama besar Sulawesi-Selatan
dengan Gurutta K. H. Abdurrahman Ambo Dalle sebagai ketuanya, dibentuk pada
tanggal 16 Rabiul Awal 1366 H / 7 Februari 1947 M dan Mangkoso sebagai pusat
Organisasi. Pada tahun 1950 pusat organisasi dipindahkan dari Mangkoso ke
Pare-pare karena Pare-pare dianggap tempat yang strategis untuk mengembangkan
DDI.
B. Saran/Harapan.
Sebagai
generasi muda DDI, marilah kita mempertahankan dan mengembangkan konsistensi
DDI di bumi nusantara bahkan sampai ke kancah percaturan organisasi dunia.
Minallahi
Musta’an Wa Ilaihi Tiklan
DAFTAR PUSTAKA
Al Fattah
Hatta Muhammad. 20 Oktober 2008. AG H. Abdurrahman
Ambo Dalle. My buku kuning Ambo Dalle center,
http://guruttaambodalle.blogspot.com/2008/10/agh-abdurrahman-ambo-dalle.html.
Diakses tanggal 03 Januari 2012.
Darisrajih.
10 April 2008. Panritta yang menembus
semua zaman. Daris Rajih, http://mazharulhaqmattugengkeng.wordpress.com/2011/03/03/ambo-dalle-panrita-menembus-semua-zaman/.
Diakses tanggal 03 Januari 2012.
Latif
Abdul. 21 Oktober 20008. Menakar peran
DDI ke depan. My buku kuning Gurutta Ambo Dalle center,
http://guruttaambodalle.blogspot.com/2008/10/sejarah-kesadaran-sejarah.html.
Diakses tanggal 03 Januari 2012.
Artikel
non-personal. 12 Desember 2009. Isi &
makna lambang DDI. Facebook, http://id-id.facebook.com/topic.php?uid=277860061050&topic=11971. Diakses tanggal 04
Januari 2012.
Artikel
non-personal. 21 November 2007. Pengertian
& definisi organisasi. Carapedia,
http://carapedia.com/pengertian_definisi_organisasi_menurut_para_ahli_info484.html.
Diakses 03 Januari 2012.
0 komentar:
Posting Komentar