BICARA mengenai perilaku kekerasan bila dilihat dari pendekatan psikologis, maka termasuk behaviourisme. Mengenai hal itu, psikolog Bondan Seno Prasetyadi memaparkan cara pandangnya.
"Pria ringan tangan (gemar memukul) didasari oleh bentuk perilaku
manusia yang dimulai dari dua sudut pandang, baik dan buruk. Kalau
dilihat pada kekerasan fisik itu, maka hal tersebut berlandaskan pada
psikis seseorang. Yaitu faktor kepribadian yang membentuk seseorang
dari lingkungan," kata Bondan ketika dihubungi okezone melalui telepon selulernya, Senin (12/5/2008).
Dijelaskan oleh Bondan, pria ringan tangan biasanya memiliki
pengalaman buruk sebelumnya dalam hidup mereka. Misalnya pernah
melihat orangtua mereka melakukan hal serupa, sehingga di sini ada
proses copying (meniru) atau modeling (mengidolakan).
"Faktor-faktor tersebut yang mendasari alasan mereka jadi ringan
tangan. Karena hal itu membuat mereka masuk pada kondisi kognitif yang
membuat mereka selalu ingin mengulanginya lagi. Alasan mereka
melakukannya kembali karena hal itu menyenangkan," jelas psikolog
lulusan Universitas Guna Dharma itu.
Selain alasan psikis,
ternyata masih ada faktor lain yang membuat kaum Adam itu selalu
berperilaku demikian. Menurut konsultan SDM di beberapa perusahaan ini,
hal lainnya itu adalah faktor hormonal.
Dijelaskan olehnya,
faktor hormonal dapat memengaruhi seorang pria untuk meluapkan kesedihan
maupun kebahagiaan mereka. Bila penyebab perilaku kekerasan itu dari
faktor hormonal, maka agak berat tahap penyembuhannya karena harus
melakukan terapi atau treatment khusus.
"Ternyata tak
hanya wanita yang memiliki siklus yang jelas setiap bulannya, pada pria
pun ada. Siklus pria pada pertengahan bulan dimulai dari tanggal 17
sampai 23 per bulan. Di mana seorang pria tengah puncak-puncaknya
mengalami kelelahan dan keletihan atau dalam istilah psikologinya burn out," beber staf pengajar di Fakultas Hukum di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Dalam kondisi demikian, sambungnya, maka metabolisme pria tidak akan
berjalan baik dan mengalami saluran darah yang tidak baik pula. Kondisi
inilah yang akhirnya memicu pria berperilaku menyimpang dan selalu
menghadapi segala hal dengan cara kekerasan.
Tak hanya itu
saja, lanjut Bondan, faktor lain yang dapat membuat pria cenderung
ringan tangan disebabkan oleh gaya hidup yang salah. Baik itu dari
makanan, sering stres, jarang berolahraga, maupun faktor lainnya.
"Kesemua faktor itulah yang mendasari alasan pria ringan tangan.
Namun, hal-hal seperti ini tidak boleh ditinggalkan begitu saja karena
kalau kondisi ini berulang terus dan dibiarkan saja, maka akan menjadi
tabiat yang sudah mendarah daging," bebernya dengan nada serius.
Perilaku kekerasan yang dibiarkan, masih menurut Bondan, akan
mempertaruhkan hubungan rumah tangga. Salah satu akibatnya ialah
mengubah anak-anaknya berperilaku menyimpang seperti gay (suka sesama
lelaki) atau lesbi (suka sesama wanita).
Bahkan bila tidak
seperti itu, tambahnya, maka efek yang akan diterima ialah akan membuat
anak-anak mereka lebih agresif daripada anak-anak lain di usianya. Hal
ini disebabkan adanya proses copying dari orangtuanya.
"Bila pria sudah menunjukkan tabiatnya yang ringan tangan semenjak
masa pacaran, maka jangan menjadi orang yang lemah dengan alasan cinta
atau mengharapkan perubahan pada mereka, karena hal itu tidak akan
terjadi. Maka sebaiknya langsung jauhi mereka sejak dini," imbuhnya
mengakhiri pembicaraan
Senin, 05 November 2012
Menguak Alasan Pria Ringan Tangan
Lainnya dari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar